Gedung Jaarbeurs Bandung

Posted by the past | Posted in | Posted on

0



Kalau di Batavia ada Pasar Gambir jaman baheula yang jadi cikal bakal Jakarta Fair, di Bandung ternyata juga ada. Namanya Jaarbeurs atau Annual Trade Fair, yang kalau diterjemahin : Bursa dagang tahunan. Acara ini mulai diadakan pada tahun 1920 pada bulan Juni sampai Juli atas prakarasa Comite tot Behartiging van Bandoeng's Belangen (Komite guna mengurus kota Bandung) yang pada tahun 1920 berubah namanya menjadi Bandoeng Vooruit (Bandung maju). Jaarbeurs dibuka oleh Walikota Bandung saat itu - B. Coops yang juga sebagai pemrakarsa.
Dari tahun 1920 sampai 1924 Jaarbeurs dilaksanakan di area sebelah selatan lapangan olah raga NIAU (= Nederlandsch Indische Athletiek Unie), yang sekarang dikenal sebagai Gelora Saparua.



Baru pada tahun 1925 gedung utama Jaarbeurs di Menadostraat 50 (kini jln Aceh) didirikan oleh kontraktor G.J. Bel berdasarkan karya arsitek C.P. Wolff Schoemaker (1882-1949). Gedung Jaarbeurs bergaya arsitektur Art Deco dengan tiga patung torso Atlas bugil di bagian atapnya dan tulisan Jaarbeurs di bagian bawah. Atlas adalah tokoh dari mitologi Yunani kuno yang dihukum memanggul langit di pundaknya untuk selamanya. Pada masa itu penyelenggaraan Jaarbeurs pada bulan Juni-Juli merupakan titik puncak kemeriahan kota Bandung.

Suasana Jaarbeurs saungguh amat meriah. Selain tersedia panggung-panggung pertunjukan, juga terdapat stand-stand yang menempati bangunan-bangunan semi permanen untuk mempromosikan berbagai produk industri dan perkebunan dari Bandung. Kegiatan ini sekaligus menjadi promosi pariwisata Bandung saat itu. Pengunjung bukan hanya masyarakat Bandung saja. Bahkan wisatawan dan pengusaha dari daerah lain dan manca negara banyak yang datang. Sehingga hotel-hotel dan villa-villa di Bandung kebanjiran tamu.

Menurut cerita, seniman yang juga pahlawan nasional : Ismail Marzuki ketemu jodohnya Eulis Zuraidah, di arena Jaarbeurs ini.

Sepintas gedung yang sekarang menjadi gedung MAKODIKLAT TNI-AD ini terlihat mirip dengan gedung Merdeka di jalan Asia Afrika, tentu ngga aneh, karena arsiteknyapun sama, ya Schoemaker juga. Acara bursa dagang tahunan ini berakhir pada tahun 1941 karena pada tahun 1942 Jepang keburu masuk Indonesia. Sayangnya setelah kemerdekaan acara ini tidak dilanjutkan kembali.

Comments (0)

Posting Komentar