Jembatan Merah
Posted by the past | Posted in | Posted on
0
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jembatan Merah merupakan salah satu monumen sejarah di Surabaya, Jawa Timur yang dibiarkan seperti adanya: sebagai jembatan. Jembatan yang menjadi salah satu judul lagu ciptaan Gesang ini, semasa zaman VOC dahulu dinilai penting karena menjadi sarana perhubungan paling vital melewati Kalimas menuju Gedung Keresidenan Surabaya, yang sudah tidak berbekas lagi.
Kawasan Jembatan Merah merupakan daerah perniagaan yang mulai berkembang sebagai akibat dari Perjanjian Paku Buwono II dari Mataram dengan VOC pada 11 November 1743. Dalam perjanjian itu sebagian daerah pantai utara, termasuk Surabaya, diserahkan penguasaannya kepada VOC. Sejak saat itulah Surabaya berada sepenuhnya dalam kekuasaan Belanda. Kini, posisinya sebagai pusat perniagaan terus berlangsung. Di sekitar jembatan terdapat indikator-indikator ekonomi, termasuk salah satunya Plaza Jembatan Merah.
Perubahan fisiknya terjadi sekitar tahun 1890-an, ketika pagar pembatasnya dengan sungai diubah dari kayu menjadi besi. Kini kondisi jembatan yang menghubungkan Jalan Rajawali dan Jalan Kembang Jepun di sisi utara Surabaya itu, hampir sama persis dengan jembatan lainnya. Pembedanya hanyalah warna merah.
Sejarahnya
Jembatan merah ini berada di Surabaya Utara, wilayah yang pada waktu itu menjadi cikal bakal pembentukan kota Surabaya tua. Pada jaman kolonialisme dahulu, banyak kota-kota di pesisir terbangun dari wilayah utara baru kemudian menyebar ke bawah, ke arah selatan. Jakarta dan Semarang adalah contoh lain dari kasus ini. Nah, di bagian Surabaya yang ini, mata anda akan terpuaskan oleh banyaknya bangunan tua bergaya kolonialisme yang menyebar di berbagai titik kemanapun anda memandang. Sedikit banyak, gaya kolonialisme ini berpadu dengan gaya pecinan karena di ujung jembatan merah ini terdapat kya-kya (yang artinya jalan-jalan).
Jembatan ini memang secara fisik warnanya merah. Di jembatan inilah terjadi peristiwa sejarah, tewasnya Brig. Jend. Mallaby (sekutu) pada tanggal 30 Oktober 2009. Peristiwa ini memicu dikeluarkannya ultimatum dari sekutu pada 9 November 1945 agar Indonesia meletakkan senjata selambat-lambatnya pada 10 November 1945. Tidak mau meletakkan senjatanya dan terus berjuang sampai titik darah penghabisan, akhirnya Surabaya digempur habis-habisan oleh sekutu. Tahu donk, 10 November tuh hari apa? Hari Pahlawan! Karena perjuangan rakyat Indonesia di Surabaya dalam melawan sekutu dan penjajah, maka 10 November 1945 dinobatkan menjadi Hari Pahlawan. Pada tanggal ini juga terjadi perobekan warna biru dari bendera merah putih biru di Hotel Yamato (Hotel Oranje) di Tunjungan. Merahnya jembatan ini bukan karena darah para pejuang yang gugur di wilayah ini. Jembatan ini dahulunya sudah berwarna merah semenjak jaman kerajaan Mataram. Kini, jembatan yang dahulunya kayu tersebut telah diubah pinggirannya menjadi besi pada tahun 1980 dengan tetap mempertahankan warna merahnya.
Comments (0)
Posting Komentar